Beranda

Minggu, 15 Januari 2012

(Flash Fiction) Telaga Kehidupan

Telaga Kehidupan 

Oleh : Wahyu Wibowo 

Aku adalah gelas kosong yang tak berisi apa-apa. Bersebab kekosongan itu inginku mengisinya perlahan-lahan agar tak semata hampa dengan keberadaan. Bukan? Bukan saja aku yang mengisinya, namun waktu, sekitar dan suara hati akan turut serta mengisinya. Apalah daya jika semua tak ingin memberikan sekuntum senyumnya padaku, sedang aku terus melalui perjalanan dalam kehampaan. 

Dan pasak melintang yang menghadang di raut muka. Dan butiran debu cerca yang menghujam membakar lara. Dan untaian nafsu yang melilit tak berkedip. Dan, entah lagi yang menyelubungi gelas kosong ini. Terpasti dengan semua yang sesakkan hati dan kejatuhan dari rumpun hidup yang kujalani, menjadi pelajaran sendiri untuk mencumut hikmah yang tersembunyi. Pun memperbaiki diri yang sejatinya dambakan semua orang.  

 

Huma ini, huma di ranah rantau yang sederhana. Ala kadar yang semesti disyukuri tanpa mungkufuri. Ala kadar yang jika dihitung jari atau kalkulator modern pun takkan dapat suatu bunyi, selain berujar tak hingga yang diberiNya kepadaku. 

 “Kemudian untuk apa diam? Rela dalam kealakadaran yang ada. Rela menyendiri di ranah orang yang kejam. Rela makan yang semua sajiannya dengan kesendirian. Pun jauh dari orang-orang tercinta yang selama ini mendoakan di sisi, namun sekarang hanya lewat suara hati dan kiriman angin yang bersembunyi di balik sinyal baru mendapatkan secerca kehangatan dari kerinduaan yang sering menyelimuti hari. Terus apakah hanya mendongak kepala? Tanpa usaha dan tekad yang menyeruput sandi-sandi untuk mengijabah mimpi itu. Pahamilah, resapilah, bahwasannya kenikmatan telah tersedia untukmu tinggal kau saja menafsirkannya lalu bertekad meraihnya! Ucaplah Bismillah, bahwasannya itu akan lebih memberkahkanmu.” Suara hati meruangi plung hatiku. Palung yang hanya diam dalam kerumunan gulita yang mencekam. Palung yang hanya sunyi dalam pasrah kehampaan tiada arti.  

Setelah, masih saja waktu memberiku kesempatan untuk meneguk air kenikmatan. Juga memberiku ruang untuk bergerak dalam keluangan. Pun rasa cinta atas perkara yang dapat mendekatkan hati ini selalu tertaut padaNya. Dalam hati menambatkan suatu puncak tertinggi hidup bukanlah hal basi. Dalam hati mengimajinasikan dambaan hidup bukanlah suatu tak berarti. Selama hati dan tekad kuat bersekutu tiap waktu. 

Aku pun telah mengitari samudra api yang selama ini menghampiri. Melewati terjalnya merapi. Menyelami dalamnya lautan tak berkaki untuk menghimpun sebias demi bias cahaya untuk keberadaan. Lalu, dengan ketangguhan diri yang terpilin dalam telaga hidup, aku akan memasukkan semuanya dalam gelas kosong. Menghimpunnya dalam keceriaan doa pada Rabbi. Dan bertasbih setiap lingkar waktu atas limpahan rahmat yang kudapati. Aku adalah gelas kosong yang sejatinya penuh dengan wewangi telaga.


Indralaya, 27 Desember 2011

1 komentar:

  1. Membaca Flash Fiction (FF) ini setali tiga uang dengan FF Gadis Penunggu Matahari karya Ika Pratiwi. Tapi dalam FF ini juga terlalu banya narasi sehingga konflik yang timbulkan tidak kuat. Tapi over all sama dengan FF Gadis Penunggu Matahari. Selamat FFnya terpilih di pekan kedua hari Selasa. Sukses selalu.

    BalasHapus

Jangan lupa Sobat TERAS untuk berkomentar...