Beranda

Sabtu, 21 Januari 2012

(Flash Fiction) Hobi Berakhir Maut-


Hobi Berakhir Maut
Oleh : Nata Salama

“Sebenarnya apa sih salah kita?”
“Tidak ada.”
“Lantas kenapa kita bernasib seperti ini?”
“Itu karena dia ingin melindungi anaknya.”
“Melindungi? Dari apa? Kita tidak mengganggu mereka, kan?”
“Iya.”
“Lalu kenapa?”
“Karena dia merasa khawatir.”
“Khawatir? Dengan kita?”

“Ya.”
“Aneh. Mengapa harus khawatir? Kita kan tidak mengganggunya.”
“Muti… Dengar, ya. Itulah sifat seorang ibu. Ia pasti ingin selalu melindungi anak-anaknya. Dan tak ingin anaknya celaka sedikit pun.”
“Hanya karena tidak ingin anaknya celaka?” tanya Muti heran. Bahkan teramat heran. “Lantas dia bisa membunuh kita…? Sesukanya?!?”
* * *
Aku Muti. Setidaknya begitulah mereka biasa memanggilku. Dan itu Semi. Sahabat karibku. Kami sudah lama berteman dan sudah saling memahami satu sama lain. Boleh dikatakan kami sudah seperti saudara. Dan hobi kami juga sama. Jalan-jalan. Mungkin karena hobi yang sama itulah kami menjadi dekat.
Tidak ada satu sore pun yang terlewatkan oleh kami. Karena kami memang terbiasa menghabiskan waktu dengan berjalan santai bersama mengitari lingkungan di sore hari. Dan jika beruntung, kami bahkan bisa menemukan makanan gratis di jalan yang bisa kami nikmati sepuasnya berdua. Ya, hanya berdua. Itulah salah satu hal menyenangkan dari hobi kami tersebut.

Tapi sepertinya hal yang menyenangkan itu tidak kami temui sore ini. Ya, kami tidak seberuntung itu saat ini. Malah dapat disebut inilah hari mengenaskan untuk kami.

Cuaca memang cerah hari ini. Hujan tidak turun sejak sore kemarin. Tapi angin dingin masih saja berhembus dengan kencang. Hingga kami akhirnya memutuskan untuk mencoba wilayah baru yang belum pernah kami jelajahi sebelumnya. Sebuah tempat yang cukup nyaman. Terlindung dari angin kencang yang berhembus serta teriknya sinar mentari di luar.

“Lihat!” tunjukku. “Makhluk menggemaskan itu.”

“Mana?” Tanya Semi seraya mencari kearah yang kutunjuk. “Bayi manusia itu?”

“Ya. Ayo kita ke sana!” ajakku.

“Jangan!” tolak Semi. “Lebih baik kita ke tempat lain saja.”

“Tapi dia lucu sekali.”

“Sudahlah, Muti. Nanti ibunya datang.”

“Memangnya kenapa kalau ibunya datang?”

“Karena kita bisa dianggap membahayakan bagi bayinya.”

“Ada-ada saja.” Aku pun tertawa dan mendekat pada makhluk bernama bayi manusia itu.

“Muti… kembali!” teriak Semi seraya mengikutiku.

“Kamu tenang saja.” Aku tetap melenggang tanpa mempedulikan Semi lagi. “Tidak akan terjadi apa-apa kok.”

“Tapi…” Semi mulai panik. Dilihatnya ibu dari bayi itu mendekat. “Muti! Ibunya datang.”

“Aiih…! Ada semut.” pekik sang ibu. “Nanti masuk-masuk ke kuping, hidung, mata… Bahaya.”

Dan berakhirlah nyawaku di telunjuk sang ibu dalam hitungan detik. Semi yang sudah berada di dekatku pun tak luput dari telunjuknya.[]

1 komentar:

  1. Membaca FF ini pertama kali membaca dibuat penasaran. Ternyata ini FF Fabel. Unik. Kreatif mengambil tokoh hewan (binatang). Dan cara bercerita asyik. Enak dibaca. Namun....membosankan! Terlalu banyak dialog sehingga konflik yang ditampilkan jadi tersamarkan oleh dialog. Konfliknya kurang greget. Namun over all kerenlah beda dari FF yang ditulis di group TERAS yang baru ini :-) SELAMAT atas terpilihnya FF pekan ini.

    BalasHapus

Jangan lupa Sobat TERAS untuk berkomentar...