Beranda

Sabtu, 21 Januari 2012

(Flash Fiction) Saat Kutanya Ketidakadilan Itu Apa


Saat Kutanya Ketidakadilan Itu Apa
Oleh : Muhammad Khalabi

Kulihat nanar pemberitaan semesta disuatu senja, kala yang lain mungkin masih sibuk dengan kemacetan Jakarta. Ada yang menggelitik ruang tanya dalam hatiku, mengapa selalu ketidakadilan?Mengapa selalu yang terpinggirkan, yang selalu menjadi sasaran ego kebinatangan seorang manusia?apalagi mereka seharusnya menjadi teladan ditengah-tengah carut marut zaman yang makin tak terkendali.
Pada ruang itu, dalam relung hatiku sejenak ku kumpulkan serpihan kesempurnaan indera yang diberikan Tuhan untuk ku. Saat kutanya pada hatiku, dengan sedikit kecewa dia mengatakan;
“Rimba waktu yang kian liar pada sedikitnya orang-orang sadar, menginformasikan aku bahwa ada yang hilang dikedalaman bijak manusia masa kini. Karena titik-titik hitam yang tanpa sadar mereka kumpulkan, perlahan menutupi cahaya penglihatan kearifan langkah nafasnya”

 
Aku tersenyum kala itu, karena memang itulah kenyataan zaman ini. Di kala segala yang instan dan yang dulu dianggap tabu, kini lumrah dan malah menjadi trend yang seakan membudaya dan harus terlestarikan. Lalu sejenak aku menatap sang ego yang sedari tadi hanya tertawa terkekeh-kekeh, dan dia berkata;
“ketidakadilan terlahir dari kelemahan manusia dalam mengendalikan diri sejatinya, dan nurani ternyata membusuk setelah penyakit-penyakitnya dibiarkan menggerogoti semangat untuk membahagiakan yang lain. Setelah semangat yang membersamakan itu mati, penyakit itu bermetamorfosa menjadi ambisi yang mengacaukan aliran benar dan salah. Sehingga manusia itu, tidak lagi punya rasa empati untuk menganiaya sesamanya.”
Kutatap ego yang terengah-engah menjelaskan kebenaran yang semakin benar kini, mungkin esok dan seterusnya sampai manusia benar-benar peduli pada seluruh indera positif yang lahir dari kedekatannya dengan tuhan. Saat semua hening terdiam, larut dalam kebimbangan masa yang kian tak mengenal kebijaksanaan surga. Akalku beranjak mendekati dan mendekatkan kami, lalu berbisik;
“ketidakadilan itu sebenarnya tidak ada, kawan!yang ada hanyalah ruang dalam jiwa, hati, dan pikiran manusia itu sendiri yang dibiarkan kosong dari bayang-bayang Tuhan. Karena jika Dia Yang Maha Esa ada dan bertahta padanya, semua yang dipandang, yang didengar,yang dirasa, yang diraba, adalah keharuan cinta untuk selalu menyenangkan dan membahagiakan sesamanya. Bukan aniaya kedzaliman dan ketidakadilan seperti yang selama ini kita lihat setiap hari.”
Tiba-tiba air mata mengalir dipelupukku, tanpa sadar dada ini tergetar meyakinkan diri akan keadaan Tuhan dalam hati. Tapi akal melihatku, dia memelukku dan berbisik ditelingaku;
“Rasakan Tuhan selalu Memandangmu, dan ingatlah saat-saat tersulit dalam hidupmu yang Dia membantumu tanpa kau sadari dan bahkan tanpa kau pinta. Tataplah pikiranmu, aturlah dia dengan aturan-Nya hingga tak pernah kau akan memikirkan keunggulanmu yang bisa menyebabkanmu berlaku tidak adil pada sesamamu”
         Seluruh badanku bergetar membanjiri air isak hati senja itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa Sobat TERAS untuk berkomentar...