Kututup dengan Duka Lalu Kubuka dengan Penuh Harapan
Biarkan hari-hari berbuat semaunya
Dan buatlah hati ini rela ketika takdir tiba
Jangan gelisah dengan kelamnya malam
Karena peristiwa di dunia ini tiada yang abadi.{Imam Syafe’i]
Sabtu
pagi itu masih pukul 07.00. Hangatnya mentari pagi masih sangat aku
rasakan. Semua masuk ke dalam pori-poriku. Kebetulan saat itu aku sedang
sakit. Disentri tiga hari yang kurasakan telah melemaskan segala
tubuhku untuk beraktivitas. Lemas dan tak berdaya dibuatnya. Hingga aku
pun berinisiatif untuk menghangatkan diri. Siapa tahu sakit disentriku
bisa tertahankan sementara waktu sebelum aku pergi ke dokter.
”Cepat sana ke dokter dulu nanti keburu antri,” ucap kakak perempuan memberitahukanku ketika sedang menghangatkan tubuh.
Aku
pun langsung menyudahi menghangatkan tubuh—dengan sinar mentari pagi.
Kulihat jam dinding ternyata sudah 07.30 tidak terasa 30 menit aku
menghangatkan tubuh. Karena tubuh yang kurasakan sudah menghangat aku
langsung menuju ke dokter dengan diboncengi saudaraku.
Tidak
berapa lama aku pun sampai. Dan ternyata saat tiba di tempat aku
memeriksa sakitku dokter umum sudah ada para pasien lain. Jika aku
hitung ada 3 atau 4 orang yang sedang menunggu panggilan dokter.
Sedangkan aku? Sama! Menunggu panggilan.
Namun saat aku
sedang menunggu panggilan tiba-tiba ada seorang pengantar pasien sedang
membicarakan malam pergantian Tahun Baru yang akan segera tiba bersama
teman bicaranya saat itu. Tentu belum dikenalnya. Tapi begitu mengalir
ketika mereka membicarakan Tahun Baru. Bukan itu saja begitu semangatnya
membicarakan pergantian Tahun Baru. Itu yang aku lihat dari kedua orang
yang sedang membicarakan Tahun Baru.
Ya, jika
melihat kondisi aku saat itu yang sedang tak berdaya. Lemas karena
disentri tak terbersit satu pun jika aku mempunyai rencana untuk
merayakan pergantian Tahun Baru. Toh, melihat kondisi saat itu aku hanya
memikirkan kesehatanku itu saja. Memang jika melihat kondisi
kesehatanku beberapa minggu lalu masih di tahun 2011 medio Desember. Aku
mendapatkan musibah.
Dan inilah ceritanya saat aku masih sakit saat itu kupaksakan menulis :
SEKARANG AKU SUDAH SEHAT
“Sudah sembuh, Yan?”
“Bangfy sudah sembuh, nih!”
“Memangnya sakit apa sih, Yan?”
Begitu
ketika aku sudah agak lebih baik, kembali menyapa di dunia maya (dumay)
lebih tepatnya ketika menulis stat atau mengomentari stat seorang
sahabat di akunnya. Walau keadaan aku masih belum sehat, tapi rasa
kangen aku untuk menulis stat atau mengomentari stat seorang sahabat
melawan itu semua. Akhirnya aku pun kembali menulis stat dan
mengomentari stat seorang sahabat di akunnya itu.
Kalau
ditanya aku sakit apa? Aku pun bingung menjawabnya. Tapi ketika aku
menjawab mungkin sahabat-sahabat tidak akan percaya apa yang aku alami
dua minggu entah kurang atau lebih aku tak tahu. Aku mengalami hal
itu! Menyakitkan dan mengganggu aktivitas rutinitas aku. Menulis saja
aku pun tidak bisa! Padahal saya sudah aku paksakan untuk menulis tetap
saja tidak bisa!
Ya, dua minggu entah
kurang atau lebih kepala aku ini rasanya sakit sekali. Seperti
ditusuk-tusuk. Sakiiiit sekali kalau dirasakan. Pun di bawa tidur sakit
itu masih saya rasakan. Bukan hanya itu saja aku juga disentri, kurang
cairan ditambah batuk berdahak hingga sulit sekali bernafas. Hingga
sekarang aku juga masih sulit bernafas. Sesak nafas aku masih mengakut
di tubuh aku.
Selama itulah aku tidak
pernah menyetuh ”Kajol” apalagi untuk menulis. Walau hati aku sudah
menggebu-gebu untuk menulis. Biasanya kalau tidak menulis aku menulis
stat di akun FB melalui ponsel jadulku. Tapi tetap saja aku tidak
dapat menuliskannya. Karena sakit lebih menguasai aku . Jadi aku tidak
berselera menulis stat.
Ya, lagi-lagi
karena sakit kepala aku terus-menerus menyerang aku. Pun membuat aku
parnoid secara tiba-tiba. Aku berpikiran yang tidak-tidak. ”Apa aku
menderita kanker otak ya?” Naudzubillahimindzalik. Sampai-sampai aku
berkata seperti itu karena aku sangat tersiksa dengan sakit kepala yang
aku rasakan. Sakitnya minta ampun seperti ditusuk-tusuk. Sakitnya
membuat aku tak bisa tidur. Bukan itu saja ditambah aku buang-buang air
(disentri) terus menerus ditambah batuk berdahak hingga sulit sekali
bernafas membuat aku semakin depresi.
Hal
ini pun aku curhat dengan seorang ibu muda beranak dua—yang sudah saya
anggap sebagai kakak aku sendiri. Pun aku mencoba memberanikan diri
untuk curhat.
”Mbak, aku takut kanker otak aja nih,” ucapku dari balik ponsel.
”Ah, kamu ada-ada saja, Yan. Sudah periksa dokter belum?” jawabnya dari seberang jalan.
Aku
pun hanya mendengarkan dengan seksama. Hingga keesokannya aku
memutuskan untuk periksa ke dokter. Alhamdulillah, ternyata aku tidak
memiliki penyakit yang menakutkan itu. Mimpi pun jangan! Hingga aku pun
bersujud syukur.
Ya, ternyata menurut
dokter yang memeriksa ternyata aku hanya kurang sangat istirhat, banyak
begadang dan kurang minum. Terlalu diporsi bekerja. Hingga terlalu lama
di depan netbook hingga gejala-gejala itu menyerang diriku. Tapi aku
tidak lantas percaya begitu setelah aku memeriksa ke dokter ternyata
kepala masih sama aku rasakan. Masih seperti ditusuk-tusuk dan batuk
berdahak masih menyerang aku saat disentri sudah lumayan membaik.
Akhirnya aku pun memutuskan untuk rontgen untuk sakit yang aku derita.
Aku rontgent kepala dan paru-paru aku. Dan, alhamdulillah ternyata jauh
dari apa yang aku bayangkan! Aku jauh dari segala prasangka dan
perkiraan itu.
Maklumlah, satu hal yang
paling mengkahwatirkan adalah aku sangat takut penyakit yang
membahayakan itu menghampiri aku. Walau aku tahu maut, rezeki dan jodoh
hanya Allah yang berkendak. Tapi jika aku sudah mendengarkan kata kanker
otak dan TBC (tuberclose) aku tak dapat membayangkan! Namun
alhamdulillah semua tidak ada pada tubuh aku ini. Aku sehat! Dan
sekarang mulai saat ini aku hanya memikirkan kesehatan saja. Tubuh ini.
Buat apa aku kerja semalam suntuk tapi hasil tidak seberapa malah
penyakit yang datang tanpa memperhatikan kondsi. Lebih baik aku lebih
memperhatikan kesehatan dan menjaga tubuh ini.
Terima
kasih Tuhan akhirnya apa yang aku bayangkan dan dikhawatirkanku tidak
terjadi pada diri ini. Aku sangat bersyukur sekali. Dan ternyata sakit
itu mahal ketimbang mencegahnya. Semoga menjadi pelajaran buat aku
pribadi dan umumnya sahabat-sahabat semuanya.[]
Desember Kelabu. 2011
Untuk
itulah makanya aku tak memikirkan bahwa nanti malam akan pergantian
tahun. Malam Tahun Baru disaat disentriku menyerang. Biarlah di malam
Tahun Baru ini kurayakan hanya di rumah saja—dengan sakit yang kuderita
sambil memuhasabahkan diri lalu membuat resolusiku di tahun 2012 nanti.
Bukan
itu saja di dunia tulis menulis aku pun seringkali mendapatkan musibah.
Banyak sekali yang ingin menjatuhkan nama baikku, semangatku hingga
mentalku secara implisit di dunia facebook. Oknum dunia maya yang
seakan-akan mengenal pribadiku padahal tidak! Hingga wadah tempat dunia
maya yang kubuat sebagai tempat kumpul para penulis muda-pemula yang
semangat ingin belajar dan berbagi menggebu-gebu di dunia literasi dan
menulis bernama TERAS (Tempat Berbagi Inspirasi dan Menulis) tak luput
dari cobaan dan ujian. Hingga terpaksa aku hentikan (kuvakumkan
sementara hingga keadaan lebih baik). Tapi sekarang sudah aku pulihkan
kembali dari itu semua. Kubangkitkan kembali. Kuaktifkan kembali agar
para penulis muda-pemula yang semangat ingin belajar dan berbagi
menggebu-gebu di dunia literasi dan menulis bisa menemukan tempatnya
yang tepat walau banyak wadah-wadah penulisan dunia maya seperti jamur.
Bagiku satu niat aku ingin berbuat baik untuk berbagi itu saja! Walau
terkadang berbuat baik dan bagi itu tidak selamanya indah bahkan harus
sabar menghadapi apa pun nanti kenyataan yang tidak inginkan akan
terjadi. Dan itulah ujian dan cobaan kembali.
Jika aku
terlalu sensi atau perasa? Tidak! Kalau dikatakan iya ternyata hal itu
benat adanya. Firasatkulah yang mengatakan hal itu. Tapi aku hanya
melihat dan mengamati saja. Dan aku tahu itu! Tapi aku lebih baik diam.
Tak banyak bicara. Walau pun aku mealibikan benar diriku tetap saja aku
salah. Karena apa? Karena lelah melayani hal itu!
Sebenarnya
aku menulis bukan hanya mencari nama saja apalagi nama baik serta honor
(uang). Toh buat apa aku punya nama baik jika sikap, sifat dan
tulisanku tidak sesuai akhlak. Hingga hal ini pun mengingatkan aku pada
sebuah cerpen yang aku baca. Dan hanya kupetik kalimat yang menurut
sungguh menginspirasiku. *Bila kau jadi pengarang, jadilah pengarang
yang santun.. Kau tak usah ikut-ikutan pengarang yang banyak bicara.
Lain yang ditulis, lain pula tindak tanduknya.
Tapi
hal itu sudah aku kubur sejalan pergantian tahun sedalam-dalamnya. Aku
tidak mau mengingat-ingatnya kembali. Biarlah kujadikan sebagai
pembelajaran hidup dan guru dalam kehidupan saat ini dan masa akan
datang untukku. Bukankah pengalaman adalah guru terbaik?
Ya,
kurharap begitu! Pun di tahun ini 2012 aku bisa melaksanakan dan
menunaikan segala impian dan targetku! Tentunya juga dijauhkan dari
segala marabahaya dan aral melintang hingga resolusi dan harapanku tahun
ini bisa tercapai dengan lancar. Dan inilah resolusiku di tahun 2012.
- Lebih banyak berkarya di media surat kabar
- Membuat novel baik tunggal maupun duet
- Membuat buku tunggal non fiksi maupun antologi kembali
- Rajin menabung
- Lebih giat bekerja (ikhtiar)
- Menahan dan mengatur segala nafsu dan emosi
- Tambah sabar
- Konsisten dan komitmen
- NIKAH? Nanti dulu deh belum kalau sudah ber-maisah cukup. Mungkin tahun 2015
Kamar Inspirasi, 01 sampai 02 Januari 2012
Pukul :23.15-01.05 teng
Keterangan:
* Ditukil dari Cerpen Anak Ibuku karya Benny Arnas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa Sobat TERAS untuk berkomentar...