Beranda

Kamis, 05 Januari 2012

(Event Resolusikan Dirimu) Kututup dengan Duka Lalu Kubuka dengan Penuh Harapan

 Kututup dengan Duka Lalu Kubuka dengan Penuh Harapan


 Biarkan hari-hari berbuat semaunya
Dan buatlah hati ini rela ketika takdir tiba
Jangan gelisah dengan kelamnya malam
Karena peristiwa di dunia ini tiada yang abadi.{Imam Syafe’i]


      Sabtu pagi itu masih pukul 07.00. Hangatnya mentari pagi masih sangat aku rasakan. Semua masuk ke dalam pori-poriku. Kebetulan saat itu aku sedang sakit. Disentri tiga hari yang kurasakan telah melemaskan segala tubuhku untuk beraktivitas. Lemas dan tak berdaya dibuatnya. Hingga aku pun berinisiatif untuk menghangatkan diri. Siapa tahu sakit disentriku bisa tertahankan sementara waktu sebelum aku pergi ke dokter.

     ”Cepat sana ke dokter dulu nanti keburu antri,” ucap kakak perempuan memberitahukanku ketika sedang menghangatkan tubuh.
      Aku pun langsung menyudahi menghangatkan tubuh—dengan sinar mentari pagi. Kulihat jam dinding ternyata sudah 07.30 tidak terasa 30 menit aku menghangatkan tubuh. Karena tubuh yang kurasakan sudah menghangat aku langsung menuju ke dokter dengan diboncengi saudaraku.

      Tidak berapa lama aku pun sampai. Dan ternyata saat tiba di tempat aku memeriksa sakitku dokter umum sudah ada para pasien lain. Jika aku hitung ada 3 atau 4 orang yang sedang menunggu panggilan dokter. Sedangkan aku? Sama! Menunggu panggilan.

    Namun saat aku sedang menunggu panggilan tiba-tiba ada seorang pengantar pasien sedang membicarakan malam pergantian Tahun Baru yang akan segera tiba bersama teman bicaranya saat itu. Tentu belum dikenalnya. Tapi begitu mengalir ketika mereka membicarakan Tahun Baru. Bukan itu saja begitu semangatnya membicarakan pergantian Tahun Baru. Itu yang aku lihat dari kedua orang yang sedang membicarakan Tahun Baru.

      Ya, jika melihat kondisi aku saat itu yang sedang tak berdaya. Lemas karena disentri tak terbersit satu pun jika aku mempunyai rencana untuk merayakan pergantian Tahun Baru. Toh, melihat kondisi saat itu aku hanya memikirkan kesehatanku itu saja. Memang jika melihat kondisi kesehatanku beberapa minggu lalu masih di tahun 2011 medio Desember. Aku mendapatkan musibah.



       Dan inilah ceritanya saat aku masih sakit saat itu kupaksakan menulis :

       SEKARANG AKU SUDAH SEHAT

      “Sudah sembuh, Yan?”

       “Bangfy sudah sembuh, nih!”

      “Memangnya sakit apa sih, Yan?”

      Begitu ketika aku sudah agak lebih baik, kembali menyapa di dunia maya (dumay) lebih tepatnya ketika menulis stat atau mengomentari stat seorang sahabat di akunnya. Walau keadaan aku masih belum sehat, tapi rasa kangen aku untuk menulis stat atau mengomentari stat seorang sahabat melawan itu semua. Akhirnya aku pun kembali menulis stat dan mengomentari stat seorang sahabat di akunnya itu.

    Kalau ditanya aku sakit apa? Aku  pun bingung menjawabnya. Tapi ketika aku  menjawab mungkin sahabat-sahabat tidak akan percaya apa yang aku  alami dua minggu entah kurang atau lebih aku tak tahu. Aku  mengalami hal itu! Menyakitkan dan mengganggu aktivitas rutinitas aku. Menulis saja aku pun tidak bisa! Padahal saya sudah aku  paksakan untuk menulis tetap saja tidak bisa!

     Ya, dua minggu entah kurang atau lebih kepala aku ini rasanya sakit sekali. Seperti ditusuk-tusuk. Sakiiiit sekali kalau dirasakan. Pun di bawa tidur sakit itu masih saya rasakan. Bukan hanya itu saja aku  juga disentri, kurang cairan ditambah batuk berdahak hingga sulit sekali bernafas. Hingga sekarang aku juga masih sulit bernafas. Sesak nafas aku  masih mengakut di tubuh aku.

     Selama itulah aku  tidak pernah menyetuh ”Kajol” apalagi untuk menulis. Walau hati aku sudah menggebu-gebu untuk menulis.  Biasanya kalau tidak menulis aku menulis stat di akun FB  melalui ponsel jadulku. Tapi tetap saja aku  tidak dapat menuliskannya. Karena sakit lebih menguasai aku . Jadi aku  tidak berselera menulis stat.

    Ya, lagi-lagi karena sakit kepala aku terus-menerus menyerang aku. Pun membuat aku parnoid secara tiba-tiba. Aku berpikiran yang tidak-tidak. ”Apa aku menderita kanker otak ya?” Naudzubillahimindzalik. Sampai-sampai aku berkata seperti itu karena aku sangat tersiksa dengan sakit kepala yang aku rasakan. Sakitnya minta ampun seperti ditusuk-tusuk. Sakitnya membuat aku tak bisa tidur. Bukan itu saja ditambah aku buang-buang air (disentri) terus menerus ditambah batuk berdahak hingga sulit sekali bernafas membuat aku  semakin depresi.

     Hal ini pun aku curhat dengan seorang ibu muda beranak dua—yang sudah saya anggap sebagai kakak aku sendiri. Pun aku  mencoba memberanikan diri untuk curhat.

    ”Mbak, aku  takut kanker otak aja nih,” ucapku dari balik ponsel.

    ”Ah, kamu ada-ada saja, Yan. Sudah periksa dokter belum?” jawabnya dari seberang jalan.

    Aku  pun hanya mendengarkan dengan seksama. Hingga keesokannya aku memutuskan untuk periksa ke dokter.  Alhamdulillah, ternyata aku tidak memiliki penyakit yang menakutkan itu. Mimpi pun jangan! Hingga aku  pun bersujud syukur.

    Ya, ternyata menurut dokter yang memeriksa ternyata aku hanya kurang sangat istirhat, banyak begadang dan kurang minum. Terlalu diporsi bekerja. Hingga terlalu lama di depan netbook hingga gejala-gejala itu menyerang diriku. Tapi aku tidak lantas percaya begitu setelah aku memeriksa ke dokter ternyata kepala masih sama aku rasakan. Masih seperti ditusuk-tusuk dan batuk berdahak masih menyerang aku saat disentri sudah lumayan membaik. Akhirnya aku  pun memutuskan untuk rontgen untuk sakit yang aku derita. Aku rontgent kepala dan paru-paru aku. Dan, alhamdulillah ternyata jauh dari apa yang aku bayangkan! Aku jauh dari segala prasangka dan perkiraan  itu.

    Maklumlah, satu hal yang paling mengkahwatirkan adalah aku  sangat takut penyakit yang membahayakan itu menghampiri aku. Walau aku tahu maut, rezeki dan jodoh hanya Allah yang berkendak. Tapi jika aku sudah mendengarkan kata kanker otak dan TBC (tuberclose) aku  tak dapat membayangkan! Namun alhamdulillah semua tidak ada pada tubuh aku  ini. Aku  sehat! Dan sekarang mulai saat ini aku hanya memikirkan kesehatan saja. Tubuh  ini. Buat apa aku  kerja semalam suntuk tapi hasil tidak seberapa malah penyakit yang datang tanpa memperhatikan kondsi. Lebih baik aku  lebih memperhatikan kesehatan dan menjaga tubuh ini.

     Terima kasih Tuhan  akhirnya apa yang aku bayangkan dan dikhawatirkanku tidak terjadi pada diri ini. Aku sangat bersyukur sekali. Dan ternyata sakit itu mahal ketimbang mencegahnya. Semoga menjadi pelajaran buat aku pribadi dan umumnya sahabat-sahabat semuanya.[]

   Desember Kelabu. 2011

      Untuk itulah makanya aku tak memikirkan bahwa nanti malam akan pergantian tahun. Malam Tahun Baru disaat disentriku menyerang. Biarlah di malam Tahun Baru ini kurayakan hanya di rumah saja—dengan sakit yang kuderita sambil memuhasabahkan diri lalu membuat resolusiku di tahun 2012 nanti.

       Bukan itu saja di dunia tulis menulis aku pun seringkali mendapatkan musibah. Banyak sekali yang ingin menjatuhkan nama baikku, semangatku hingga mentalku secara implisit di dunia facebook. Oknum dunia maya yang seakan-akan mengenal pribadiku padahal tidak! Hingga wadah tempat dunia maya yang kubuat sebagai tempat kumpul para penulis muda-pemula yang semangat ingin belajar dan berbagi menggebu-gebu di dunia literasi dan menulis bernama TERAS (Tempat Berbagi Inspirasi dan Menulis) tak luput dari cobaan dan ujian. Hingga terpaksa aku hentikan (kuvakumkan sementara hingga keadaan lebih baik). Tapi sekarang sudah aku pulihkan kembali dari itu semua. Kubangkitkan kembali. Kuaktifkan kembali agar para penulis muda-pemula yang semangat ingin belajar dan berbagi menggebu-gebu di dunia literasi dan menulis bisa menemukan tempatnya yang tepat walau banyak wadah-wadah penulisan dunia maya seperti jamur.  Bagiku satu niat aku ingin berbuat baik untuk berbagi itu saja! Walau terkadang berbuat baik dan bagi itu tidak selamanya indah bahkan harus sabar menghadapi apa pun nanti kenyataan yang tidak inginkan akan terjadi. Dan itulah ujian dan cobaan kembali.

      Jika aku terlalu sensi atau perasa? Tidak! Kalau dikatakan iya ternyata hal itu benat adanya. Firasatkulah yang mengatakan hal itu. Tapi aku hanya melihat dan mengamati saja. Dan aku tahu itu! Tapi aku lebih baik diam. Tak banyak bicara. Walau pun aku mealibikan benar diriku tetap saja aku salah. Karena apa? Karena lelah melayani hal itu!

      Sebenarnya aku menulis bukan hanya mencari nama saja apalagi nama baik serta honor (uang). Toh buat apa aku punya nama baik jika sikap, sifat dan tulisanku tidak sesuai akhlak. Hingga hal ini pun mengingatkan aku pada sebuah cerpen yang aku baca. Dan hanya kupetik kalimat yang menurut sungguh menginspirasiku. *Bila kau jadi pengarang, jadilah pengarang yang santun.. Kau tak usah ikut-ikutan pengarang yang banyak bicara. Lain yang ditulis, lain pula tindak tanduknya.

     Tapi hal itu sudah aku kubur sejalan pergantian tahun sedalam-dalamnya. Aku tidak mau mengingat-ingatnya kembali. Biarlah kujadikan sebagai pembelajaran hidup dan guru dalam kehidupan saat ini dan masa akan datang untukku. Bukankah pengalaman adalah guru terbaik?

     Ya, kurharap begitu! Pun di tahun ini 2012 aku bisa melaksanakan dan menunaikan segala impian dan targetku! Tentunya juga dijauhkan dari segala marabahaya dan aral melintang hingga resolusi dan harapanku tahun ini bisa tercapai dengan lancar. Dan inilah resolusiku di tahun 2012.

  1. Lebih banyak berkarya di media surat kabar
  2. Membuat novel baik tunggal maupun duet
  3. Membuat buku tunggal non fiksi maupun antologi kembali
  4. Rajin menabung
  5. Lebih giat bekerja (ikhtiar)
  6. Menahan dan mengatur segala nafsu dan emosi
  7. Tambah sabar
  8. Konsisten dan komitmen
  9. NIKAH? Nanti dulu deh belum kalau sudah ber-maisah cukup. Mungkin tahun 2015


Kamar Inspirasi, 01 sampai 02 Januari 2012
Pukul :23.15-01.05 teng

Keterangan:
* Ditukil dari Cerpen Anak Ibuku karya Benny Arnas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa Sobat TERAS untuk berkomentar...