Beranda

Selasa, 24 Januari 2012

(Flash Fiction) Balada Pejalan Kaki Oleh : Muhammad Khalabi



“Hidup tuh misteri kawan, kita gak tau kan kapan kita bakalan dipanggil Tuhan?jadinya gue ngrasa, gak apa-apa donk kalo bikin status minta maaf...” kata pejalan kaki 1 menjelaskan ketika temannya menanyakan perihal status facebooknya kemarin
“lu bener sih...tapi kan kalo beneran kejadian gimana,hayoo?” tanya pejalan kaki 2
“hidup mati kita itu udah ada yang nentuin bro, jadi jangan takut lah. Yang penting lu kudu siap-siap aja nyambut ketentuan itu. Siap gak lu?”
“insya Allah siap....” potong pejalan kaki lain bersamaan

Begitulah mungkin kiranya sepenggal percakapan beberapa anak tanggung tanah tinggi ketika hendak pulang selepas bermain futsal di Monumen Nasional. Sementara tak jauh dari mereka, sebuah keluarga sedang menunggu bis dihalte Tugu Tani.
“Ayah...bisnya lama banget y?” ujar salah seorang anak
“sabar nak, sebentar lagi kita pasti ‘dijemput’ sama bisnya kok” jelas sang ayah
“Iya sayang....tunggu aja dulu, tapi jangan lupa tas ‘bekal’ kita kamu bawa y?” pinta ibunya
“Iya deh...tapi udah ‘pasti’ kan kita bakal ‘pergi’ ya Ma?”
“pasti donk sayang.....tapi kita ‘gak tau’ kapan bisnya ‘dateng’, jadi ‘siap-siap’ aja y...” jelas ibunya

Tak lama berselang, tiba-tiba sebuah mobil xenia hitam dengan kecepatan tinggi menghampiri mereka. Mereka yang terdiam tak berdosa yang sedang menunggu bis tujuannya. Mereka, bocah-bocah tanggung yang ingin pulang selepas main futsal. Tanpa ampun dan peringatan si supir, mobil itu menggila membabat habis para pejalan kaki itu. Dan semua sekejap saja, semua lalu kehilangan nyawa. Sekejap saja pun porak-poranda halte Tugu Tani itu, mayat-mayat bergelimpangan. Darah berceceran, pembatas jalan berubah posisi tak karuan. Tangispun pecah dari mereka yang selamat. Miris melihat mereka ditelevisi. Apalagi sang supir kurang ajar itu seperti yang tidak merasa salah sama sekali. Masyarakat sekitar pasti terkejut dan ikut sedih dengan kejadian itu. Mereka yang ada disana menolong semampunya.

Lalu lintas mendadak ramai,tak lama kalimat-kalimat dan tanda mata belasungkawa menghiasi jalan sekitar disana.Mereka pasti tak akan menyangka bahwa semuanya akan terjadi begitu cepat. Dalam kesiapan, pun ketidaksiapan mereka menyambut ajal. Mereka harus tetap menjalaninya sebagai babak kehidupan mereka di dunia. Dan kita pun pasti, cepat atau lambat akan menyusul mereka. Menyambut ajal, walau siap atau tidak.

Sedikit goresan pena ini adalah wujud perasaanku pada mereka, korban maut Tugu Tani 22 Januari. Selamat jalan manusia-manusia tak berdosa, semoga engkau tabah dan diterima semua amalmu disana. Semoga pelaku segera menemukan hati nuraninya yang hilang bersama lenyapnya efek hisapan sabu yang dia pakai. Dan hukum segera berperan menegakkan keadilan seadil-adilnya.

Jangan takut maut, kawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa Sobat TERAS untuk berkomentar...