Beranda

Sabtu, 21 Januari 2012

(Flash Fiction) Perihal Tangisan


Perihal Tangisan

Oleh : Tiara Deviana

Sebenarnya perempuan macam apa dia. Kenapa ia begitu berbeda dari kebanyakan perempuan? Bukankah setiap manusia itu diciptakan dengan kelemahan. Tapi  dia?

“Ibu?”

“Ya?”

“Dimana air mata ibu? Kenapa Sinar tidak pernah melihatnya?” aku tak dapat lagi membendung rasa penasaran yang kian membuncah. Aku ingin tahu kenapa aku tidak pernah melihatnya menangis.


“hmmm… “

“Apa Ibu tak punya air mata?” Ibu tersenyum mendengar penuturanku.

 “Apa memang harus ibu jelaskan padamu Nak?”

“Iya bu! Harus! Ibu tak pernah menangis seperti Sinar. Ketika Ayah pergi meninggalkan kita, Ibu tak menangis. Waktu kita diusir dari rumah kontrakan, ibu lagi-lagi tak menangis. Jadi Sinar benar-benar ingin tahu kenapa Ibu tidak pernah menitikan air mata!”

“hmmm…. Begini sayang, air mata itu istimewa Nak.”

“Istimewa?”

“Ya, Kau tahu kenapa ia istimewa?”

Aku menggeleng pelan. Ibu memang lebih suka membuatku penasaran daripada langsung menjawab pertanyaanku.

“Karena air mata diciptakan bukan untuk diperlihatkan pada manusia.”

“Maksudnya?”

“Iya, Allah menciptakan air mata. Karena Dia ingin kita menangis di hadapan-Nya. Allah ingin kita hanya berkeluh kesah pada-Nya. Jadi Ibu tak perlu menangis di hadapanmu. Air mata ibu hanya untuk-Nya sayang.” Ibu menunjuk sebuah lukisan tangan berlafaz Allah yang tersandar di dinding ruangan.

“Kenapa begitu Bu?” aku mendengkurkan dagu  di meja belajarku.

“Ya karena memang seharusnya begitu. Allah itu pencemburu Nak, jadi kita harus baik-baik memperlakukan-Nya. Allah bisa marah sama kita, kalau kita lebih mementingkan urusan dunia daripada akhirat.”

“ooh….”

“Lagian, semua yang ada pada kita sekarang itu punya Allah, jadi kenapa kita harus bersedih ketika Allah ingin mengambilnya kembali.”

“Jadi Ibu pernah menangis?”

“Ya, Ibu sama sepertimu. Tapi bedanya, Sinar menangis di hadapan Ibu dan Ibu menangis di hadapan Allah.” Ibu mengelus pelan kepalaku dan tak lama kemudian berlalu  pergi.

Ibu, seluruh umat manusia seharusnya tahu kisahmu. Seluruh alam seharusnya berseru mengucapkan selamat padamu. Karena tangismu adalah berlian, tangismu adalah kekuatan dan tangismu adalah surga. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa Sobat TERAS untuk berkomentar...