Beranda

Sabtu, 21 Januari 2012

(Flash Fiction) Si Penjual Goreng

 Si Penjual Goreng
Oleh: Viona Novelia

Rintik hujan membuatku harus berteduh disebuah pohon jambu yang berbunga. Kututup barang daganganku dengan plastik yang sudah mulai lusuh. Sekitar 10 buah lagi, sudah mulai dingin, goreng pisang itu nampak tak menarik lagi, lemas tak berseri seperti tubuhku yang sangat letih, ku belum sempat makan siang sepulang sekolah tadi, namun ku juga tidak berani memakan goreng pisang layu itu, itu akan membuatku kehilangan sebagian penghasilanku, bayangkan saja dari satu goreng yang terjual aku hanya mendapatkan dua ratus perak, paling banyak aku dapat menghasilkan sepuluh puluh ribu rupiah setiap hari, namun hari ini masih banyak tersisa, hujan deras membuat daganganku tidak terjual.

Bunga-bunga jambu berguguran seiring dengan rintikan hujan yang menetes-netes di kepalaku, ku kepit dulang tempat gorenganku agar tidak basah sambil membengkokkan badan kedepan, rupanya hujan tak mau bersahabat, makin deras, akupun berlari kesebuah warung kopi yang lumayan ramai. Beberapa orang manusia dewasa nampak tertawa-tawa sambil menampih uang keatas meja, mata-mata mereka nampak serius mengamati poin berbentuk lingkaran bewarna hitam dan merah di batu kecil segi empat itu. Sesekali suara tawa mereka membuatku menutup telinga, kuletakkan  daganganku ditempat yang lumayan terhindar dari tempias hujan, sang pemilik warung nampak kurang suka, tapi aku tak peduli, aku hanya ingin berteduh.
Tepat didepan warung itu aku melihat beberapa orang yang sedang berbincang-bincang di teras depan, keluarga yang lengkap pikirku, hujan menghalangi penglihatanku, samar-samar aku merasa pernah melihat gadis itu, dialah Mira teman sekolahku, dia anak yang pintar dan pintar bahasa Inggris, dia nampak manja dengan orang tuanya, aku tersenyum memperhatikannya dari sela-sela rintikan hujan, andai saja ayah dan ibuku disini, mungkin aku akan tersenyum seperti itu juga, aku merindukan mereka, namun hanya bisa merindukannya tampa bisa bertemu lagi, mereka telah dipanggil yang maha kuasa saat bencana alam itu melongsorkan rumahku sampai rata dengan tanah, dan saat kejadian itu aku sedang bermain bersama teman-temanku, aku hanya bertemu mayat-mayat mereka yang telah membusuk.
Kehidupan seakan tak ingin mematikanku, padahal sudah berapa kali aku mencoba bunuh diri, namun aku masih saja selamat dari maut yang terus kucari , aku sudah bosan dengan kehidupan ini, kehidupan yang membuatku seperti orang tak berarti, sampah masyarakat. Dan saat ini aku tinggal dengan seorang wanita separuh baya yang bersedia merawatku, aku disekolahkannya, namun aku harus bekerja untuknya sebagai penjual gorengan.
“Goreng pisang Buk.....Gorengggggggggg........” Hujan sudah mulai reda, aku harus menghabiskan barang daganganku, kaki telanjangku kembali menelusuri jalan aspal ini, jalan yang selalu kulewati sebagai penjual goreng pisang.

Created by : Viona Novelia
17 Januari 2012, 10.08 PM In Inspiring Room

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa Sobat TERAS untuk berkomentar...