Beranda

Senin, 16 Januari 2012

(Ruang Kerja) Salahkah Aku Berkata Demikian?

Salahkah Aku Berkata Demikian?
Oleh : Fiyan Arjun

Seminggu sekali setiap hari Selasa aku selalu mengajarkan ekskul Jurnalis Cilik (Jurcil) di sekolah tentunya. Terkadang juga bisa  seminggu dua kali. Itu tergantung dari pihak sekolah meminta untuk mengisi ekskul—yang dilakukan di hari menjelang sore. Namun di Tahun Ajaran Baru 1011-1012 aku kewalahan mengajarkan anak-anak didikku. Karena makin lama makin banyak sekali peminat ekskul ini. Ada wajah-wajah mungil dan ceriwis yang menghias di hadapanku kembali. Tapi tidak sedikit pula wajah-wajah membuat aku selalu membuat aku tersenyum. Wajah-wajah lama yang begitu setia dengan ekskul ini. Namun sayangnya dengan banyak yang minat ekskul ini kekhawatiranku meraja.

Dan....ternyata dugaanku benar. Makin banyak ekskul ini aku kewalahan mengatur mereka. Apalagi ekskul ini sekarang diminati oleh anak kelas 3 SD. Yang menurutku untuk anak seusia (kelas) itu khawatir tidak bisa menangkap apa yang aku sampaikan. Ini menurutku. Tidak seperti tahun lalu. Tahun Ajaran Baru 2010-2011 aku hanya mengajar kelas 4, 5 dan 6 SD. Dan muenurutku usia seperti mereka  wajar—dan bisa menangkap apa yang aku sampaikan. Tetapi ketika tahun ini ekskul diminati oleh anak kelas 3 SD aku semakin diliputi kekhawatiran kembali.  Karena banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang diluar dugaanku dari tahun sebelumnya. Dan itu keluar dari mulut kecil mereka. Anak didikku  kelas 3 SD.

 

Ya, memang mereka itu masih baru. Dan masih banyak belum aku kenal. Pernah suatu hari pada pertemuan pertama masuk mengajarkan ekskul ini. Aku menanyakan mereka kenapa masuk di ekskul ini? Dari jawaban mereka yang aku terima mereka mengikuti dan minat ekskul ini karena ajuran dari orangtuanya bukan dari diri anak didikku semata.

"Saya ikut ekskul Jurcil karena Mama masuki ekskul ini, Pak.”

"Mama yang memilih ekskul ini buat aku."

"Tidak tahu, Pak!"

Aku yang mendengar ucapan mereka hanya tersenyum ketika aku kembali mulai mengjar ekskul di Tahun Ajaran Baru ini. Dan tentu ajaran baru pastinya ada anak baru yang ikut ekskul ini. Namun sayang lagi-lagi kekhawatiranku keluar juga.

Suatu hari di hari Selasa seperti biasa dipertemuan yang ke empat kalinya. Aku pun mendapatkan pertanyaan dari anak didikku ini. Anak didikku ini dari kelas 3 SD. Tipenya  selalu memperhatikan aku dari mimik hingga cara aku mengajari setiap kali pertemuan. Memang anak didikku ini juga asal bicara ceplas-ceplos hingga membuat aku terkadang lebih baik aku ditenggelamkan bumi saja ketimbang anak diddiku ini buka suara. Ada saja yang dipertanyakan dibanding anak didikku yang lainnya atau pun teman-temannya sekelas. Dan pertanyaannya itu akhirnya keluar dari mulut kecilnya.

"Pak, saya bosen ekskul masa sih menulis melulu. Saya mau keluar aja, Pak!" Begitu ucapannya saat aku sedang mengajar. Saat itu aku tidak lantas menjawabnya. Karena dari segi waktu jam ekskul hampir selesai. Mungkin nanti saat pertemuan selanjutnya. Itu yang aku sudah mem-planning untuk menjawab ucapannya itu yang membuat aku tak habis dibenakku.

Di pertemuan selanjutnya aku akhirnya menjawab ucapannya itu dari anak didikku. Secara kebetulan dalam pertemuan eskul tersebut sudah aku jadwalkan. Belajar di ruang bebas. Out door. Di luar sekolah. Tepatnya di taman yang tidak jauh dari tempat aku mengajar. Dan pecahlah jawaban itu dipertemuan outdoor. Dan mereka pertama kali aku minta untuk memperhatikan sekeliling. Apa saja yang ada di taman itu? Adakah yang menarik? Atau, apa saja yang tidak enak untuk dilihat? Lalu aku pun memberikan tugas untuk menuliskannya.

Mencari gagasan (ide) untuk menulis di alam bebas. Itulah materi yang akan aku sampaikan pada pertemuan kali itu. Namun sebelum materi itu aku tugaskan kepada anak-anak didikku akhirnya aku menjawab ucapan dari salah satu anak didikku yang beberapa membekukan benakku.

"Baiklah sebelum Bapak menyuruh kalian memberikan tugas selanjutnya. Dengarkan Bapak dulu bicara. Bapak akan memberitahukan bahwa ekskul Jurnalis Cilik ini beda dari ekskul;-ekskul lainnya. Ekskul ini memang banyak menulis. Bukankah kalian bercita-cita menjadi wartawan, repoter bahkan menjadi penulis? Nah, jadi ekskul ini memang banyak menulis."

Begitulah ucapanku sekaligus jawaban dari anak didikku itu. Dan saat aku mengatakan begitu kulihat anak didikku itu hanya diam. Entah, apakah ia pikirkan? Aku tidak tahu. Atau, meanggapku sedang marah? Tapi saat itu anak didikku diam semua. Tak banyak bicara. Tidak seperti biasanya....Ampunnnn DJ seperti dipasar. Aku kewalahan mengatur mereka saat di dalam kelas. Bahkan sempat suaraku habis. Parau saat itu. Kalau sudah begitu aku terkadang sudah sampai titik jenuh.

Namun ada juga sebersit kesedihan juga. Dan menyesal ketika mengatakan seperti itu. Yakni ucapan aku di saat pertemuan itu. Apakah  nanti khususnya salah satu anak didiku itu tak seperti dulu lagi.  Ada saja yang dipertanyakan. Kalau begitu apakah aku salah menjawab ucapannya pada saat pertemuan itu?

"Pak, Pak tolong ikatkan kerudung saya dong Pak. Kerudung saya ini talinya lepas." Tiba-tiba usai pertemuan di taman aku dihmapiri salah satu anak didikku.

Anak didik yang menghampirku itu berjenis perempuan. Usianya mungkin 9 tahun. Kelas 3 SD. Parasnya lucu. Lincah. Terkadang selalu berdua saja jika di dalam kelas dengan temannya satu kelas. Tak mau berpisah. Maklumlah yang mengikuti ekskul ini dominan anak perempuan. Dan akulah yang paling ganteng diantara mereka. Karena aku laki-laki satu-satunya di kelas itu. Kadang aku menganggap mereka adalah bidadari-bidadarri kecilku di sekolah sekaligus obat penghiburku dikala rasa jemu menghinggapku lantaran aktivitas rutinku yang itu-itu saja.

Oya, mau tahu siapa anak dididku yang meminta ikat kerudungnya padaku? Dialah anak didikku yang bertanya saat pertemuan ekskul terdahulu. "Pak, saya bosen ekskul masa sih menulis melulu. Saya mau keluar aja, Pak!"

Semoga aku bisa lebih bijak lagi menghadapi semua kemungkinan yang terjadi. Karena aku bukanlah berasal dari dispilin ilmu. Bukan pengajar semestinya. Atau, dari akedemisi keguruan. Tapi aku hanya ingin berbagi ilmu yang aku miliki dan juga ingin berbagi kasih kepada anak-anak didikku itu. Agar mereka jika sudah besar untuk selalu hidup saling berbagi dan memberi serta mengasihi kepada sesama. Bukan itu saja juga berbakti dan selali menghprmati orangtua. Dan tentunya membudayakan membaca dan menulis. Semoga.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa Sobat TERAS untuk berkomentar...