Beranda

Selasa, 24 Januari 2012

(Tip N Trik Menulis) Opini Dan Aktualitas Media Massa


[Tip N Trik Menulis] OPINI DAN AKTUALITAS MEDIA MASSA

OPINI DAN AKTUALITAS MEDIA MASSA

(Tulisan ini saya tulis sebagai tugas saya sebagai pemberi materi di FLP DKI Jakarta sebagai fasilitator untuk disampaikan pada Angkatan Pramuda FLP DKI Jakarta pada, Ahad, 11 Mei 2008)

Oleh : Fiyan Arjun

Bagaimana cara menulis opini? Mungkin itu yang menjadi pertanyaan kita sebagai seorang penulis—yang masih belajar semacam kita, khusunya saya secara pribadi. Banyak pertanyaan-pertanyaan seputar penulisan yang timbul maupun hinggap dibenak kita. Satu hal kunci praktis dari itu semua adalah kita haru lebih mencermati logika dan diksi alias pilihan kata yang kita gunakan. Dan dari itu semua yakni bagaimana cara meyakinkan orang itu yang harus kita ketahui. Memang jenis tulisan ini mengandalkan logika melalui diksi yang efektif. Terlebih harus fakus pada permasalahannya.


Tulisan ini juga memfokuskan kepada cara menulis di ruang opini di surat kabar. Sudah banyak diketahui bahwa menulis di ruang opini merupakan peluang terluas bagi para pembaca untuk mengemukakan gagasan dan opininya. Tidak hanya Anda dapat mengutarakan pandangan mengenai sebuah peristiwa tetapi juga Anda bisa mendapatkan penghargaan berupa imbalan bagi tulisan. Biasanya setiap surat kabar sudah menganggarkan dana khusus bagi para penulis. Ruang itu tidak hanya merupakan rubrik tetap tetapi juga menghangatkan dan meramaikan tampilan surat kabar. Lebih dari itu, dengan adanya tulisan ini - apalagi dari kalangan spesialis - maka pengetahuan pembaca ini juga akan bertambah cepat. Sebuah persoalan duduk perkaranya bisa dipahami dalam sebuah artikel.

Inilah salah satu kegunaan artikel di dalam surat kabar. Tulisan itu “fresh” dan aktual serta tidak jarang menyeluruh dan mendalam. Akan tetapi kekuatan sebuah artikel tidak hanya kepada data yang sedang mengemukakan tetapi juga susunan tulisan yang mudah dipahami.

Tulisan ini akan memberikan informasi mengenai bagaimana persiapan yang diperlukan jika memang Anda - apalagi kalangan mahasiswa dan akademisi - mau memanfaatkan media massa sebagai ajang olah fikir dan olah argumentasi.

Opini menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Em Zul Fajri, tt) diartikan sebagai pandangan seseorang tentang suatu  masalah, pendapat dan pendoman. Dalam hal ini apa yang dmaksud opini di media massa. Pada lazimnya opini dilekatkan pada artikel ilmiah popular yang  dimuat di media masa. Karena itu—tulisan ini bersifat opini maka orang-orang menyebut opini.

Opini adalah sebuah karangan  yang menekankan pada pendapat pribadi (individual) penulis menyangkut argumen logis, dan pemikiran kritis terhadap  suatu masalah aktual. Dan juga satu hal di dalam media massa opini ini diletakan di tengah halaman bersama tajuk rencana atau di antara surat pembaca. Gaya penulisan pun berbetuk popular dituntujkan pada pembaca umumnya dari majalah atau koran. Beda dengan tulisan artikel. Aritkel adalah tulisan yang termasuk tulisan views (pandangan) atau cara pandang yakni tulisan yang bersifat pandangan ide, opini pembaca  dan juga mengetahui latar suatu masalah atau peristiwa. Itulah kalau ingin mengtahu perbedaan antara opini dan artikel. Tapi disini saya tidak membicarakan artikel lebih lanjut.

Pertama, pilih topik yang Anda kuasai. Jika Anda seorang ilmuwan sosial maka sebaiknya memang masalah sosial dan kemasyarakatan yang Anda ungkapkan dalam tulisan di media massa. Dengan latar belakang ini, maka Anda memiliki setidaknya otoritas dalam penulisan. Dengan latar belakang memang di bidang sosial maka dengan sendirinya, Anda diharapkan mengetahui sejumlah pilar penting dalam tata kemasyarakatan, persoalan di dalamnya dan berbagai alternatif yang akan ditawarkan.

Kalau meminjam istilah David Easton dimana masyarakat merupakan sebuah sistem sosial maka akan input berupa tuntutan dan dorongan kemudian diproses di dalam black box (proses sosial) dan kemudian ada output yang berupa hasil dari penyelesaian masalah sosial yang akhirnya merupakan umpan balik untuk input berikutnya. Itulah cara berfikir dari sistem sosial yang dijelaskan dalam teori David Easton. Namun Anda tidak harus terpaku kepada satu dua teori—yang Anda tulis kebebasan sangat terbuka membuat teori dan pandangan baru.

Kedua, pilih topik yang Anda sangat minati. Bisa jadi seseorang yang ahli di bidang peternakan lebih senang menulis sastra. Tidak ada yang salah mengenai ini. Anda masih bisa menulis bidang kritik sastra dengan minat Anda yang menggebu-gebu. Hobi kadang-kadang lebih diperdalam daripada latar belakang pendidikan Anda. Banyak hal terjadi memang dalam kehidupan namun inilah peluang yang Anda bisa gunakan untuk mengisi halaman surat kabar setiap harinya. Minat Anda bisa dibagi dengan pembaca lainnya.

Ketiga, buatlah kliping. Jika Anda berminat pada satu bidang katakanlah keselamatan transportasi, maka sebaiknya memantau data terakhir melalui surat kabar, majalah atau internet untuk dijadikan bahan mentah tulisan Anda. Yang penting adalah data mentah seperti banyaknya kecelakaan, modus kecelakaan dan korban. Dari data ini Anda bisa menyajikan statistik mengenai kecelakaan transportasi darat, laut dan udara sehingga bisa mengulasnya lebih aktual. Mengapa harus kliping? Karena kalau Anda memuat data dari buku teks misalnya, Anda akan ketinggalan karena biasanya di buku-buku teks itu datanya sudah lama. Data kependudukan dam kemiskinan di Indonesia misalnya, itu bisa didapatkan dari pengumuman Badan Statistik Nasional. Kliping bisa berbentuk digital karena sekarang sudah modern tetapi juga bisa berupa lembaran kertas yang disimpan dalam folder khusus.

Keempat, membuat perencanaan. Ada kalanya sebuah tulisan lahir dari perencanaan yang baik. Jika Anda tahu Hari Dirgantara atau Hari Ibu maka sebuah karya tulis bisa disusun untuk memperingati hari bersejarah itu. Tentu harus dibuat terlebih dahulu apa yang akan diulas dan bagaimana Anda menyusun argumentasinya. Sangat penting Anda membuat outline mengenai gagasannya terlebih dahulu sehingga nanti menuliskannya lebih mudah. Sebaiknya tulisan juga menyertakan data yang aktual dan kutipan yang berbobot apakah dari ilmuwan atau tokoh penting.

Empat hal ini  barangkali merupakan pembukaan bagi Anda untuk menulis secara reguler di dalam media massa. Terlihat sederhana namun jika diperhatikan maka akan terasa sekali pentingnya. Jika ada keahlian dan minat, misalnya, Anda sulit menuangkan karya dan gagasan Anda dalam penulisan. Menguasai materi sangat penting untuk penulisan yang berjangka panjang. Kecuali Anda hanya menulis satu kali setahun untuk media, maka tidak perlu ada rencana yang rinci.

Tapi untuk lebih jelas kita tinggalkan sejenak membicarakan bagaimana cara persiapan atau bagaimana menulis opini itu. Tapi untuk itu kita harus lebih tahu dulu seperti apa tulisan opini itu. Atau, definisinya. Oke, yuk kita mulai mencari tahu apa definisi atau arti opini itu sendiri.

Nah untuk itu menjadi penulis opini yang baik, sebaiknya harus memiliki perbendaharaan kata yang cukup agar tak kekurangan kata-kata. Kekayaan kata-kata menjadi sangat penting bagi penulis, sebab tulisannya akan terasa 'miskin' dan 'garing' dengan penggunaan kata-kata yang itu-itu saja. Bahkan, kreativitas seorang penulis pun akan juga tergantung pada kekayaan kata-kata yang dipunyainya.


Saran saya, sebaiknya setiap penulis—yang masaih baru dalam hal ini khususnya saya pribadi yang—masih belajar lebih banyak membaca buku-buku karya orang lain. Dalam hal ini, tentu saja Anda harus pandai memilih buku dengan contoh penulisan yang cukup baik. Satu hal lagi, pemilihan buku juga bisa diarahkan sesuai dengan kecenderungan si penulis itu sendiri. Misalnya, jika ia senang menulis cerpen atau novel, ada baiknya ia banyak membaca cerpen dan novel karya penulis-penulis terkenal. Begitu juga jika ia senang menulis non fiksi--opini maka buku-buku non fiksi-lah yang seharusnya banyak dibaca. Karena jenis dan gaya penulisan fiksi dan non fiksi ada perbedaan, salah satunya dalam penggunaan dan pemilihan kata begitu juga membuat tulisan opini.


Dengan demikian, insya Allah tidak akan ada kendala/bentrokan antara tulisan kita dengan EYD. Kalaupun harus menulis sesuatu dengan gaya 'slank' misalnya, maka bisa dipastikan itu masuk dalam kategori fiksi. Dalam hal ini, beberapa aturan dalam EYD boleh sedikit diabaikan, demi menjaga 'taste' dan estetika dari tulisan itu sendiri.


Dan perlu diingat juga setiap media pasti punya target pasar, baik pasar pembaca maupun pasar bisnis yang menjadi rekanan media itu. Nah target pasar inilah yang menentukan content (isi) dan tampilan media tersebut. Nah apakah Anda siap untuk menulis opini di media massa? Selamat mencoba.***(dari berbagai sumber)


“Aku menulis bukan karena aku memahami dunia melainkan karena aku tidak memahaminya.” —Geral Murnane—
  

“Dalam pidato yang dipentingkan bukan panjangnya tetapi isinya. Begitu juga pula dengan kehidupan.”  –Lautilard—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa Sobat TERAS untuk berkomentar...