Beranda

Selasa, 24 Januari 2012

(Tip N Trik Menulis Cermin Kata-Kata (Diksi)


[Tip N Trik Menulis] Cermin Kata-Kata [Diksi]__ Fiyan Arjun


Cermin Kata-Kata [Diksi]
Oleh : Fiyan Arjun

Beberapa waktu lalu saya menyerahkan cerpen ke teman-teman untuk dikritisi. Entah cerpen yang saya  buat baik atau tidak? Layak atau dibuang saja…Menyedihkan!

Menurut mereka, cerpen saya benar-benar mengecewakan! ”Pilihan kata yang kamu pakai nggakmatching. Taburan kata dalam cerpen kamu terlalu baku, harfiah, tekstual dan kaku!”

Begitulah yang terjadi ketika seorang penulis belum piawai memilih dan memilah kata!

Wow! Ternyata pilihan kata [diksi] dalam cerita tidak bedanya dengan pilihan warna dalam dunia seni rupa; betapa indah lukisan jika komposisi warnanya tepat. Ia menjadi jiwa dalam tema yang kita bidik dan tiap-tiap kata hendaknya mampu mewakili setiap adegan. Tidak berlebihan seorang Joni Ariadinata mengatakan ”penulis iitu harus mengenal dan menguasai betul arti kata yang digunakan agar  tidak mengecewakan pembacanya!”

Hal yang lazim dalam dunia sastra, banyak penulis-penulis besar berulang kali mencoret naskahnya. Bahkan tidak jarang mereka membuang ke tong sampah setelah bersusah payah menulis. Sebabnya, si penulis itu tidak puas melihat dan merasakan kata-kata yang ditulisnya. Ia merasa belum berhasil memindahkan suasana cerita ke dalam rangkaian kata. Di sini penulis menyadari bahwa seorang pembaca akan mendapat nuansa lain tentang cerita saat dirinya mampu memilih kata dengan tepat.

Menurut saya, sah-sah saja kita menggunakan kata-kata puitis, metafora, hiperbola atau bersifat etnis, religi, sains hingga penggunaan kata sehari-hari agar cerita lebih dekat dengan pembacanya.

Hal lain yang harus diperhatikan, sebaiknya kita hati-hati dengan kata-kata yang tidak menggunakan cerita. Kata yang terangkai dalam kalimat panjang juga akan membosankan dan membuat cerita sama sekali tidak ”bertenaga”.

Nah, mulai sekarang sebaiknya kata tidak kita anggap sebagai ”tetangga” tetapi harus dikenal secara akrab sebagai ”sahabat” agar ia menjadi hidup dengan sendirinya! Bagi kita, banyak membaca karya orang lain merupakan salah satu cara untuk bersahabat dengan diksi. Tapi, kita jangan terjebak melakukan tindak plagiat.

Sementara cara lain yang cukup efektif adalah dengan terus menulis. Berusaha menterjemahkan ide ke dalam kata-kata  sehingga pemakaian diksi  kita semakin mengalami pematangan.

Dan seperti cermin, kata dalam cerita merupakan tampilan ide kita agar mampu melihat dengan jernih. Tentu kita tidak ingin memiliki cermin buramkan?[]

[Dipublish/Dimuat di Majalah ANNIDA, edisi N0,8/XV/15 April-Mei 2006]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa Sobat TERAS untuk berkomentar...