Beranda

Rabu, 04 Januari 2012

(Event Resolusikan Dirimu) Tak Ada Resolusi, Hanya Belajar dari Pengalaman

Tak Ada Resolusi, Hanya Belajar dari Pengalaman

    Tanpa terasa, kita sudah melangkah di tahun 2012 yang sejatinya sudah dipenuhi berbagai tantangan. Tentunya, semua itu tak lepas dari pengalaman masa lalu, baik berupa cerita suka atupun duka, yang terjadi pada saya dan kawan-kawan. Tidak hanya kebahagiaan saja, malahan yang sering menjadi pusat perhatian adalah bila kita punya cerita sedih yang tak bisa dilupakan, entah itu impian belum terwujud, kesalahan tak termaafkan, dan masih banyak lagi kejadian lainnya yang belum terealisasi di hari kemarin.

     Aku punya salah satu impian itu, kawan. Selama ini saya berusaha membuat cerpen agar bisa diterima di redaktur media. Sampai saat ini tetap tak ada hasil setelah menunggu berbulan-bulan. Belum ada satu pun cerpen-cerpen saya termuat di media meskipun berbagai usaha telah saya coba. Dari situ, nampaknya sikap pasrah disertai putus asa telah saya ambil di tahun lalu. Padahal mulai dari novel sejarah, budaya, dan islami, atau mengoleksi cerpen milik penulis ternama dari media masa, telah saya pelajari untuk menunjang kemampuan saya menciptakan sebuah cerita, berupa: diksi, tokoh, alur, setting, dan sebagainya.
    
     Ya, saya hanya ingin karya saya bisa dinikmati khalayak ramai melalui koran atau majalah. Sekali terbit di koran nasional tak mengapa, yang penting terpampang nama saya.
     

      Melihat ada komunitas baru bernama TERAS mengadakan ajang kompetisi menulis tentang resolusi tahun ini, saya jadi tergugah untuk ikut dan mencobanya. Meskipun, maaf, sedikit sekali hadiah yang disajikan dan tak sebanding bila terbit di koran dan majalah, tapi tak ada salahnya berpartisipasi. Toh, setidaknya itu bisa memicu dan menjadi gerbang awal kesuksesan saya dalam dunia tulis-menulis.

     Inilah lembaran putih itu, kawan.

    Saya membuka lembaran itu dengan segenap hati, dengan diiringi keyakinan diri. Saya juga meluruskan pikiran yang sudah terkover keliru di pikiran. Barangkali saja semua yang saya kerjakan selama ini tidak didukung oleh keyakinan dan kerelaan di hati saya, sehingga membuatnya tak berjalan seperti yang semestinya. Lambat laun saya mulai sadar, ternyata usaha saya itu hanya untuk mengincar materi yang tak ada harganya dan menyilaukan. Dan semuanya tak sebanding dengan karya yang sudah saya buat. Sebuah penyesalan telah terjadi dalam kehidupan saya.

    Masukan-masukan positif dari beberapa teman untuk tetap menulis walaupun dengan kondisi seberat apapun, sepertinya sangat membantu saya dalam pembentukan diri di tahun ini. Tidak hanya itu, aktifitas saya di jejaring sosial kini mulai makin aktif dengan mencari komunitas atau grup yang bisa diajak diskusi tentang kepenulisan, khususnya bagaimana mengarang cerita yang baik dan bagaimana menjadi pengarang yang baik dan berkualitas lahir maupun batin.

     Dengan semangat berwarna-warni, inilah saya dengan kehidupan baru di tahun 2012 ini. 

Semarang, 2 Januari 2011

2 komentar:

  1. Kalau menurutku, baik di koran, majalah, blog, maupun penerbit, masing-masing punya karakteristiknya sendiri-sendiri. jadi memang harus memahami pola-pola penulisan di sana. Untuk memahaminya, harus baca majalahnya dl. :D

    oya, baca aja bukunya Anang Yb. Judulnya : Guru writing berdiri murid writing berlari. Buku recomended bagi yang ingin menulis dan menang lomba. Sukses yaa ;)

    BalasHapus
  2. Ya, memang betul. Saya juga sudah mempelajari mengenai hal itu.
    Kayaknya aku juga pernah lihat buku dengan judul itu, "Guru writing Berdiri, Murid Writing Berlari". Tapi, entah dimana aku sudah lupa.
    Terima kasih atas sarannya. ^0^

    BalasHapus

Jangan lupa Sobat TERAS untuk berkomentar...